Namun kenyataannya saat ini kinerja logistik nasional masih belum optimal, hal ini ditandai dengan masih tingginya biaya logistik nasional yang mencapai 27% (dua puluh tujuh persen) dari Produk Domestik Bruto (PDB), ini artinya sistem logistik kita masih belum effisien yang dibuktikan dengan masih besarnya komponen biaya logitik dalam PDB tersebut.
Ada beberapa hal yang menjadikan bukti nyata bahwa kualitas pelayanan logistik kurang memadai, yaitu:
- masih rendahnya tingkat penyediaan infrastruktur baik kuantitas maupun kualitas,
- masih adanya pungutan tidak resmi dan biaya transaksi yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi,
- masih tingginya waktu pelayanan ekspor-impor dan adanya hambatan operasional pelayanan di pelabuhan,
- masih terbatasnya kapasitas dan jaringan pelayanan penyedia jasa logistik nasional,
- masih terjadinya kelangkaan stok dan fluktuasi harga kebutuhan bahan pokok masyarakat, terutama pada hari-hari besar nasional dan keagamaan, dan bahkan
- masih tingginya disparitas harga pada daerah perbatasan, terpencil dan terluar.
Bila dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Jepang dan Amerika Serikat yang masing masing biaya logistiknya hanya 10% dan 7% dari PDB-nya.
Biaya logistik dari Jakarta ke Medan bisa mencapai sekitar US$400 per TEU's, sama dengan dari Jakarta ke Eropa. Bahkan, biaya logistik dari Jakarta ke Singapura hanya US$70 per TEU's, sedangkan biaya dari Jakarta ke Papua bisa mencapai US$1.400 per TEU's yang artinya biayanya dua kali lipat padahal masih dalam satu negara.
Biaya logistik dari Jakarta ke Medan bisa mencapai sekitar US$400 per TEU's, sama dengan dari Jakarta ke Eropa. Bahkan, biaya logistik dari Jakarta ke Singapura hanya US$70 per TEU's, sedangkan biaya dari Jakarta ke Papua bisa mencapai US$1.400 per TEU's yang artinya biayanya dua kali lipat padahal masih dalam satu negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar