Selasa, 09 Juli 2013

Maritime Logistics dan Devisa Negara Indonesia

Devisa dari industri jasa maritime logistics didapatkan dari jasa-jasa kepelabuhanan dan jasa pelayaran (shipping). Namun untuk saat ini malahan mengalami defisit jasa transportasi sebesar 10,7 Juta US$, nilai defisit ini banyak disebabkan oleh meningkatnya transportasi untuk impor yang digunakan untuk membayar freigth impor barang tersebut yang bernilai sekitar 34 Juta US$, ini dikarena dalam impor tersebut kita masih menggunakan jasa kapal-kapal yang berbendera asing sebagai mana terlihat pada Tabel 1 dan Grafik 1.



Tabel 1. Neraca Pembayaran Indonesia (Juta US$) 2012
Sumber: Kementerian Keuangan R.I.


Sumber: Laporan Neraca Pembayaran Indonesia, Kementerian Keuangan
Gambar 1. Grafik Pembayaran Jasa Fright

Selama ini dalam urusan impor dan ekspor tergantung pada pelabuhan di Singapura dan Malaysia, sehingga setiap tahun ada sekitar 4,5 juta teus per tahun kontainer Indonesia yang mampir di Singapura atau Malaysia, maka devisa yang di keluarkan kurang lebih sekitar Rp 3,24 triliun sampai dengan Rp 3,64 triliun per tahun (tarif Container Handling Charge US$ 90/TEUs), ini angka yang cukup signifikan bagi perekonomian negara.

Miliaran dollar AS devisa negara hilang begitu saja dari dari Indonesia. Hal itu disebabkan belum memadainya potensi pelabuhan nasional untuk mengangkut muatan-muatan besar. Hingga kini, masih ada kontainer bermuatan 4 juta TEUs yang dari dan ke Indonesia yang harus diangkut melalui Singapura. Jika biaya angkut Jakarta–Singapura rata-rata 350 US$ per TEUs, berarti devisa yang dicaplok oleh singapura setidaknya setidaknya 1,4 miliar US$. Di sisi lain, total kontainer yang diangkut kapal asing mencapai 8 juta sampai dengan 10 juta TEUs per tahun ini senilai dengan 15 miliar US$, angka yang cukup besar yang mengakibatkan pengurangan devisa negara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar