Pada tahun 2003 sebanyak setengah dari minyak dunia yang diangkut oleh kapal tanker melintasi Selat Malaka dengan jumlah yang mencapai sekitar 11 juta barel minyak per hari, dan diperkirakan meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi di Asia (terutama China, Indonesia dan Malaysia) dan Kawasan Asia Pasifik (Jepang dan Korea).
Sehingga bisa dikatakan Selat Malaka adalah urat nadi perekonomian dunia yang menjadi jalur penghubung perdagangan dunia. Namun sampai dengan saat ini Indonesia belum menikmati kesibukan selat tersebut. Semenjak adanya gejolak politik di Timur Tengah antara Arab dan Israel, kapal-kapal tangker yang besar-besar harus melalui selat Malaka untuk mencapai Jepang, Korea dan Negara-negara di Asia Pasifik.
Gambar Jalur Utama Kontainer Dunia
Posisi geostrategis tersebut diatas merupakan karunia, yang tidak semua negara memilikinya, sehingga Indonesia dapat mengambil peran yang lebih untuk mengatur keberadaan selat tersebut dan mengambil devisa dari jasa-jasa alur pergadangan yang melalui laut.
Selat Malaka merupaka salah satu tantangan Indonesia saat ini dan dimasa yang akan datang seiring dengan terjadinya pergeseran pertumbuhan ekonomi dari negara-negara di kawasan Eropa dan Amerika ke Negara negara Asia dan Asia Pasifik.
Tantangan selajutnya adalah perdagangan dunia yang didominasi oleh perdagangan yang melalu jalur laut (seaborne trade). Seperti terlihat pada Gambar di bawah ini. Transportasi maritim memiliki signifikansi tinggi untuk perekonomian dunia, mengingat bahwa hampir 90% dari barang yang diperdagangkan melintasi perbatasan diangkut pada samudera dan lautan.
Sumber: UNCTAD, 2012
Gambar Grafik Indeks Produksi Industri Organization for Economic Cooperation and Development (OCED) , DB Dunia, dan Perdagangan Barang Dunia Serta World Seaborne Trade.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar